Jakarta (Harus) Aman untuk Semua!

Belum hilang ingatan saya tentang kasus pemerkosaan seorang pedagang sayur (Ros) yang dilakukan oleh supir dan seorang penumpang mikrolet M26 jurusan Kampung Melayu – Bekasi pada akhir 2011 silam, beberapa hari lalu terjadi lagi pemerkosaan yang dilakukan oleh oknum supir mikrolet C01 (Ciledug – Kebayoran Lama) dan rekan-rekannya. Kali ini korbannya seorang mahasiswi berinisial JM. Berbeda dengan Ros yang diperkosa di dalam angkot, JM sempat kabur terlebih dulu, namun kepalanya dipukul dari belakang hingga tak sadarkan diri. Para pelaku kemudian membawa dan memperkosanya di tempat lain. Keesokan paginya, JM tersadar dan berada di samping rel di sekitar Pasar Kebayoran Lama, dengan cairan putih–yang diduga sperma pelaku–berceceran di atas perutnya. (Penjelasan lihat di bagian Update di bawah)

Tak perlu ditanya lagi bagaimana perasaan saya saat membaca berita tersebut. Sedih, geram, dan marah bercampur aduk! Saya mengutuk para pelaku yang saya anggap sebagai monster penebar teror di Jakarta! Saya adalah pengguna kendaraan umum aktif, yang berarti menggunakan bis, angkot, ojek, bajaj, taksi, dan sebagainya dalam bermobilitas setiap hari. Fenomena pemerkosaan ini tak ayal membuat nyali saya ciut. Apalagi saya tergolong sering beraktifitas hingga malam hari. Saya yakin pengguna kendaraan umum lainnya, terutama yang perempuan, juga merasakan hal yang sama.

Sejak dulu, Ayah kerap menasihati agar saya tak sering pulang larut malam karena alasan saya seorang perempuan. Jauh sebelum pemerkosaan marak terjadi. Beliau sempat berkata bahwa ia tidak akan sekhawatir ini andaikan saya seorang laki-laki. Sampai sekarang sebenarnya saya masih kurang bisa menerima nasihat beralasan gender seperti itu. Laki-laki sekalipun, kalau memang dirasa sebagai target tepat para pelaku, tetap bisa menjadi korban tindak kriminal. Namun demi menghormati ayah saya, yang bisa saya lakukan adalah selalu berusaha mengabari setiap akan pulang larut malam. Maka betapa sedihnya saya karena kekhawatiran ayah saya seolah terbukti oleh maraknya kasus kriminalitas, terutama pemerkosaan, yang terjadi belakangan ini.

Saya sempat riset singkat mengenai pemerkosaan yang terjadi baik di dalam kendaraan umum atau yang dilakukan oleh oknum supir/penumpang kendaraan umum, atau yang terjadi di tempat lain. Hasilnya cukup bikin geram.

Januari – pertengahan September 2011 terjadi 40 kasus pemerkosaan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Para pelaku paling banyak melakukan aksinya di lingkungan perumahan, yakni mencapai 26 kasus. Lainnya, di jalan umum termasuk angkutan umum (3), kantor (1), keramaian (1), perumahan BTN (8), dan real estate (1). Sementara itu, wilayah yang paling rawan aksi pemerkosaan terletak di Kabupaten Tangerang mencapai 9 kasus. Lainnya, di Kabupaten Bekasi (7), Tangerang Kota (5), Jakarta Barat (4), dan Jakarta Pusat (4). (Sumber: Kompas) Sementara sepanjang 2011, berdasarkan catatan Polda Metro Jaya, tindak pidana pemerkosaan meningkat 13,33 %. Pada tahun 2010 tindak pemerkosaan mencapai 60 kasus, sedangkan di tahun 2011 meningkat menjadi 68 kasus. Kendati jumlahnya meningkat, penyelesaian kasus pemerkosaan di tahun 2011 justru menurun, yakni 73,52 persen. Padahal, di tahun 2010 tingkat penyelesaian kasus pemerkosaan mencapai 75 persen. (Sumber: Kompas)

Berikut beberapa kasus pemerkosaan yang terjadi di dalam kendaraan umum atau yang dilakukan oleh supir dan dibantu temannya yang menyamar sebagai penumpang:

M-24 jurusan Slipi-Binus-Kebon Jeruk
LPS – Mahasiswi
Tewas — Ditemukan 21 Agustus 2011
Pembunuh ditangkap 25 Agustus 2011
 
D-02 jurusan Lebak Bulus – Pondok Labu
SRS (27) – Karyawati
Diperkosa — Kamis, 1 September 2011, Pk 00:00 
Pemerkosa ditangkap pada 13 September 2011
 
M-26 jurusan Kampung Melayu – Bekasi.
Ros (40) – Pedagang Sayur
Diperkosa — Rabu, 14 Desember 2011, Pk 04:00
Pemerkosa ditangkap pada 23 Desember 2011
 
Angkot 38 jurusan Cibinong – Gunung Putri (Bogor) | Nomor polisi F 1915 MB
B (15) – Siswi SMP
Dilecehkan secara seksual dan hampir diperkosa — Selasa 24 Januari 2012, Pk. 20:00
Pemerkosa ditangkap pada 27 Januari 2012

.

Dan berikut beberapa angkot yang juga patut diwaspadai:

U-04 (Rawamangun – Kelapa Gading)
3 penumpang mencurigakan — pertengahan 2011, Pk 22:00
 
M-16 jurusan Kampung Melayu – Pasar Minggu
Adik temannya Rahma Yulianti
Hampir diculik — 22 Januari 2012, 20:00

Rahma Yulianti (@rahmaahmad) pada Senin (23/1) malam, sesaat sebelum tulisan ini diunggah, menceritakan pengalaman naas adik temannya yang hampir diculik oleh supir angkot M-16. Kejadiannya sekitar pk 20:00. Beruntung, ada seorang pengendara motor yang mendengar teriakan permintaan tolongnya, dan berhasil menghentikan mikrolet tersebut setelah mengejar hingga ke Matraman. Kronologisnya bisa dibaca (dari bawah ke atas) di rangkaian tweet-nya berikut ini:

Selama ini saya tidak punya alat khusus untuk digunakan sebagai alat bela diri. Namun ada beberapa benda–yang saya bawa setiap hari–yang sepertinya cukup efektif digunakan jika dalam keadaan terdesak, yakni:

  • Pensil mekanik: Cukup tajam untuk ditancapkan ke anggota tubuh pelaku (Target utama: wajah).
  • Pulpen: Cukup tajam untuk ditancapkan ke anggota tubuh pelaku (Target utama: wajah).
  • Penggaris besi 15 cm: Cukup tajam untuk digoreskan ke anggota tubuh pelaku (Target utama: wajah).
  • Cutter: Cukup tajam untuk digoreskan ke anggota tubuh pelaku (Target utama: wajah).
 

Selain alat tulis, saya juga selalu bawa pisau lipat yang kebetulan menjadi gantungan kunci. Jika tidak ada, alat kikir  yang biasa menempel pada gunting kuku dan sepatu berhak lancip juga memiliki fungsi yang kurang lebih sama. Target utama: wajah pelaku. Selain itu, benda-benda berat seperti buku tebal, payung lipat, sepatu wedges, bisa dimanfaatkan sebagai alat pukul. Target utama: kepala pelaku.

Ada dua benda yang sering direkomendasikan sebagai alat bela diri, yakni setruman listrik dan semprotan air cabai/ merica. Saya sendiri sudah lama mencari alat ini. Beruntung, seorang teman memberikan informasi bahwa kedua alat ini bisa dibeli di forum jual-beli dengan harga terjangkau. Bagi yang merasa benar-benar membutuhkan, informasi lengkap kedua barang bisa dilihat di sini.

Opsi kedua, kita bisa membuat semprotan air cabai/merica sendiri. Caranya, cukup beli semprotan mini yang banyak dijual di supermarket atau toko kosmetik. Harganya kurang dari Rp 50,000. Lalu diisi air yang dicampur ulekan cabai dan/atau merica bubuk.

Jika kita sudah memiliki satu atau beberapa alat bantu tersebut, pastikan agar kita menaruhnya di lokasi yang mudah dijangkau. Misalnya, taruh pisau lipat/ setruman listrik/ penggaris besi di saku celana. Kebalikan dengan dompet, benda-benda ini sebaiknya ditaruh di saku belakang. Sebab, benda-benda yang ditaruh di saku celana belakang cenderung lebih mudah diambil dibandingkan dengan yang ditaruh di saku depan. Untuk yang pakai rok, benda-benda tersebut bisa ditaruh di saku tas bagian depan, atau tas tambahan yang kerap dibawa. Pastikan saja kita mudah mengambilnya saat dibutuhkan.

Selain alat bantu yang disebutkan di atas bisa, yang tak kalah penting saat menumpang kendaraan umum adalah selalu waspada dan pintar-pintar membaca situasi dan kondisi. Lengah sedikit bukan tidak mungkin kita akan menjadi korban. Saya selalu berusaha untuk memperpendek jalur transportasi jika pulang dalam keadaan mengantuk. Misalnya jika biasanya saya naik bis lalu menyambung angkot, jika sedang mengantuk, saya akan memilih pulang naik ojek atau taksi. Namun terkadang masalah biaya kerap membuat kita pelit untuk mengeluarkan uang lebih. Saya sendiri pun terkadang masih pelit, namun saya sadar saya harus mengubah kebiasaan buruk ini. Saya beruntung selalu pulang dalam kondisi selamat, namun kita tidak tahu kapan bahaya akan mengincar.

Ada beberapa kebiasaan yang saya lakukan saat naik kendaraan umum, yakni sebagai berikut:

  • Pilih kursi dekat pintu. Skenario terburuk, jika terjadi sesuatu, posisi ini memudahkan kita untuk keluar. Jika di bis, pilih kursi bagian depan, dengan pintu bis berada di depan atau samping kiri kita. Jika di angkot, bisa pilih di samping supir (sisi terluar, persis samping pintu), atau di bagian belakang yang persis di sebelah/ depan pintu. Namun saya lebih sering memilih yang persis di samping pintu.

                                        

                                                             Keterangan: Yang ditandai hijau adalah posisi yang biasa saya pilih.

  • Yang sebaiknya dihindari, terutama pada malam hari: 
  1. Angkot yang berkaca gelap dan dengan sound system yang dipasang kencang-kencang. Kedua hal tersebut turut bisa dijadikan peluang terjadinya tindak kriminal.
  2. Angkot kosong, atau berpenumpang laki-laki semua.
  3. Jika supirnya “memaksa” untuk naik, apapun alasannya, misalnya “Ini angkot terakhir!”.
  • Jika penumpang perempuan terakhir akan turun, dan lokasi tujuan kita masih jauh, sebaiknya kita ikut turun. Bukan tidak mungkin sang pelaku akan memanfaatkan momen setelah ini. Dalam kondisi seperti ini, lebih baik berpikiran buruk dan melakukan tindakan preventif ketimbang memaksakan diri berpikiran positif namun akhirnya menyesal.
  • Baca situasi dan kondisi penumpang lain. Umumnya saya tidak suka menghakimi orang lain dari penampilannya, tapi demi keamanan, saya terpaksa melakukannya. Saya sering urung naik bis/angkot jika isinya laki-laki semua, terutama jika sudah malam. Terkesan seksis memang. Hal ini tidak hanya dilakukan sebagai bagian dari kebiasaan pribadi, namun juga sebagai respon maraknya pemerkosaan di kendaraan umum. Siapa korbannya? Perempuan. Siapa pelakunya? Laki-laki. Yes, I do stereotype. It’s faster.
  • Waspadai beberapa penumpang laki-laki yang terlihat saling kenal. Perhatikan posisi duduknya, apakah mereka saling berdampingan atau justru menyebar. Kedua posisi ini bisa dipilih para pelaku karena berbagai pertimbangan. Jika bersebelahan, mereka akan lebih mudah berkordinasi. Namun jangan anggap enteng jika mereka duduk berjauhan. Posisi menyebar bisa menyulitkan calon korban, karena ia akan disergap dari berbagai penjuru.

Saya pernah naik angkot (KWK U-04 jurusan Rawamangun  – Kelapa Gading) dari Arion Rawamangun sekitar pukul 22:00. Saat itu kondisi memang sudah sepi. Di dalam, ada tiga orang penumpang laki-laki yang duduk berdampingan di bagian belakang. Saya mengambil posisi duduk persis di depan mereka, samping pintu. Di samping supir, terdapat penumpang laki-laki tampak seperti pekerja kantoran. Dari awal naik, saya sudah memperhatikan ketiga penumpang tersebut. Remaja 20 tahunan berpakaian kasual yang tampak habis minum-minum. Angkot baru berjalan sekitar 200 meter, penumpang yang di tengah seperti menguap dan memalingkan muka ke teman di sebelah kirinya. Mata saya tak lepas dari dia. Saya perhatikan dengan seksama, ia seperti mencoba membisikkan sesuatu ke temannya itu. Perasaan saya tidak enak. Kontan saja saya menyetop angkot, dan langsung turun saat itu juga. Ketiga penumpang laki-laki tersebut, terutama yang di tengah, tampak sedikit kaget karena saya tiba-tiba turun. Saya langsung mencari posisi “aman” untuk mencari taksi. Untung ada bengkel yang masih buka, dan tak lama ada taksi kosong yang melintas. Saya bergegas pulang.

  • Jika mengantuk atau terlalu lelah, usahakan pulang dengan transportasi yang langsung sampai tujuan (ojek, taksi, bajaj). Lebih baik lagi kalau ada yang bisa menjemput. Rasa lelah atau kantuk dapat mengganggu konsentrasi kita untuk tetap waspada. Usahakan untuk selalu mencatat nomor kendaraan (nomor polisi atau nomor unit), dan kirim SMS ke pasangan atau keluarga. Syukurnya kebiasaan ini masih saya lakukan hingga sekarang.

Masih berhubungan dengan stereotipe yang saya lakukan saat menumpang kendaraan umum tadi, tanpa sadar saya membuat tiga kategori penumpang; hijau (aman), kuning (waspada), merah (siaga). Berikut pembagiannya:

  • Hijau (aman): Manula, anak-anak, ibu-ibu, perempuan/laki-laki berpenampilan pekerja kantoran, yang membawa banyak barang, pelajar.
  • Kuning (waspada): Grup pelajar (khususnya SMA) laki-laki, yang pakai jaket dan/atau kacamata hitam,
  • Merah (siaga): Grup laki-laki dewasa (yang duduknya berdampingan atau justru menyebar), yang berpakaian cenderung lusuh dan terlihat mabuk, laki-laki yang bahasa tubuhnya tubuhnya mengisyaratkan dia berkuasa dan harus ditakuti.

Kriteria pelaku kejahatan memang tidak kaku merujuk pada kategorisasi amatir buatan saya di atas. Banyak juga pelaku yang lihai menyamar sehingga radar kewaspadaan kita sukar mendeteksi keberadaannya. Sekali lagi saya ingin menegaskan, kategori tersebut seolah-olah mengatakan bahwa “laki-laki = penjahat”, namun saat naik kendaraan umum, penghakiman di awal kadang diperlukan. Apalagi tindak kriminalitas yang marak terjadi belakangan adalah pemerkosaan.

Selain alat bantu, kebiasaan, dan kategorisasi penumpang, cara lain yang bisa digunakan untuk menjaga diri adalah tak lain dan tak bukan mengikuti kursus bela diri. Pilihannya banyak, tinggal disesuaikan dengan minat, misalnya pencak silat, merpati putih, taekwondo, karate,  Thai boxing, atau bahkan capoeira. Gerakan-gerakan yang diajarkan bisa berguna bagi kita untuk melawan jika dalam kondisi terdesak.

Sumber: Self Defense Indonesia

Salah seorang teman menginformasikan tentang Krav Maga. Krav Maga adalah seni bela diri tangan kosong asal Israel, yang salah satu metodenya adalah pertahanan diri (self defense). Kurikulum Krav Maga ada yang khusus ditujukan bagi perempuan yang ingin melindungi dirinya dari ancaman tindak kejahatan. Beberapa hal yang diajarkan antara lain membaca situasi, perkiraan skenario yang mungkin terjadi, dan cara melucuti senjata.  Beberapa prinsip dasar yang terdapat dalam Krav Maga antara lain:

  • Jangan terluka
  • Menetralkan penyerang secepat mungkin
  • Melakukan transisi dari teknik bertahan ke teknik menyerang secepat mungkin
  • Eksploitasi semua reflek alami dalam tubuh
  • Eksploitasi semua bagian tubuh yang mudah diserang (termasuk mata, tenggorokan, selangkangan, dan lain-lain)
  • Penggunaan semua benda yang ada sebagai bantuan
Penjelasan lebih lengkap bisa dibaca di Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Krav_Maga. Jika berminat, berikut beberapa lokasi yang menyediakan latihan Krav Maga:
.
Self Defense Indonesia
Gelora Bung Karno
Pintu 6 – Hall Tinju PERTINA
Jadwal: Sabtu, pk 10:00 -12:00
Biaya: Rp 350,000/ bulan
.
Krav Maga Indonesia/Komando Indonesia
Kompleks Depsos
Jl. Depsos XI/3 Bintaro
Jakarta Selatan
http://streetfightmma.blogspot.com
.
ADRIA Fitness Center
Jl. Cempaka V No.33, Bintaro
Jakarta Selatan
Telp: (021) 736 90174/ 5 (Pepi / Imel)

.

Jika ada yang ingin berbagi informasi terkait bisa melalui blog ini atau melalui akun Twitter @elsara. Sebisa mungkin informasi tersebut akan saya sebarkan agar orang-orang semakin waspada akan bahaya yang mengintai.

Siapa yang rela kalau kota ini dikacaukan oleh monster bejat yang bergentayangan mengincar mangsa? Jakarta, seharusnya tidak semengerikan monster kolong tempat tidur yang menjelma menjadi mimpi buruk anak-anak setiap malam. Jakarta, seharusnya tidak punya tempat bagi para pengusik brengsek yang bisanya cuma menebar teror. Karena Jakarta, seharusnya aman bagi seluruh penghuninya tanpa terkecuali.

 
 
.. 
Sumber foto: GenuiBarnes & Noble
..


Update 25 Januari: 

Baca juga “Bersiaga di Jalan Jakarta” yang ditulis oleh seorang kawan, Haris Firdaus. Saya sepakat dengan pernyataannya bahwa siap siaga tak berarti sama dengan kecurigaan dan ketakutan yang berlebihan. Di tulisan ini, kita juga bisa menemukan beberapa link artikel menarik perihal beraktifitas di jalanan Jakarta.

Update 27 Januari: 
Angkot 38 jurusan Cibinong – Gunung Putri (Bogor) | Nomor polisi F 1915 MB
B (15) – Siswi SMP
Dilecehkan secara seksual dan hampir diperkosa — Selasa 24 Januari 2012, Pk. 20:00
Pemerkosa ditangkap pada 27 Januari 2012

Miris! Baru kemarin pemerkosa JM berhasil ditangkap, hari ini muncul lagi berita pemerkosaan di daerah Bogor, Jawa Barat. Modus operandi sang pelaku–yang merupakan supir angkot itu sendiri–adalah menyuruh B, penumpang terakhir di angkot, pindah ke kursi depan di sebelahnya. B sempat dilecehkan secara seksual. Karena kurang puas, sang pelaku menyuruh B pindah ke kursi belakang lagi agar ia bisa meneruskan niat bejatnya. Ia kemudian berhenti, karena ternyata B sedang menstruasi. Kemudian ia menurunkan B di tengah jalan. Menurut berita tersebut, darah menstruasi B masih tertinggal di kursi belakang. Berita selengkapnya bisa di baca di “Lagi, Sopir Angkot Coba Memerkosa“.

Update 30 Januari

Terjadi perubahan minor pada paragraf yang menjelaskan soal stun gun (setruman listrik). Saya menambahkan pernyataan bahwa stun gun sebaiknya dimiliki oleh mereka yang benar-benar merasa butuh. Pasalnya, beberapa waktu lalu Jakarta Globe melansir berita (http://bit.ly/zGLXEW) tentang Kabid Humas Polda Metro Jaya, Rikwanto, yang menganjurkan agar perempuan pengguna kendaraan umum mempersenjatai dirinya dengan semprotan merica atau setruman listrik. Pro kontra soal anjuran ini menyeruak dari berbagai kalangan, terlihat dari komentar-komentar yang masuk.

Alat bervoltase tinggi ini memang perlu penanganan khusus, tak hanya dalam menyimpan, namun juga dalam menggunakan. Karena penasaran bentuk dan cara kerjanya, akhirnya saya beli satu buah di forum jual-beli yang cukup populer di negeri ini. Alat ini datang dalam paket yang terdiri dari stun gun, sarung, dan kabel untuk mengecas. Saya terpaksa meraba-raba sendiri cara menggunakannya, karena alat ini tidak disertai petunjuk penggunaan yang jelas. Saya sempat terlonjak kaget saat listrik mengalir ke kedua permukaan besi di penghujung alat ini, karena suara yang dihasilkan cukup keras. Sayangnya alat ini tidak dilengkapi tutup yang dapat melindungi kita dari kecelakaan menyetrum diri sendiri. Untuk itu saya mencoba mereka skenario yang mungkin terjadi, seperti bagaimana posisi alat ini tersimpan di tas, lalu bagaimana saya mengambilnya jika saat kondisi terdesak. Secara hati-hati saya menggerakkan tangan dalam tas, meraba-raba dan mencoba menggapai stun gun, mengeluarkannya dari sarung, menekan tombol “On”, lalu mengarahkan alat tersebut kepada pelaku. Harus dilakukan dengan cepat dan tepat! Semua itu dapat terjadi jika kita bisa mengendalikan emosi, berpikir strategis, dan pada akhirnya menguasai keadaan.

Alat ini tergolong ilegal di banyak negara. Masih dalam artikel yang sama, Rikwanto juga menyarankan agar kepemilikan alat ini terdaftar secara resmi. Oke, ada dua hal “lucu” yang saya tangkap dari pernyataan Rikwanto dalam artikel tersebut. Pertama, dengan menyarankan masyarakat mempersenjatai dirinya dengan alat bela diri, seperti sayup-sayup mendengar ia dan jajaran Polri berkata “Kami tidak sanggup melindungi kalian“. Kedua, sudah disuruh melindungi diri sendiri, kita masih disuruh untuk mendaftarkan alat bela diri, yang mungkin cuma ia-dan-Tuhan yang tahu di mana dan bagaimana cara mendaftarkannya. Selama ini tidak pernah ada sosialisasi yang jelas mengenai kepemilikan “senjata”. Semakin lucu karena saya membeli alat ini di sebuah forum internet, tempat di mana semua orang bisa dengan bebas menjual sesuatu.

Saya anggap apa yang keluar dari mulut Rikwanto adalah pernyataan resmi Polisi, jadi sudah seharusnya ia juga memikirkan kelanjutan dari sarannya tersebut, yakni sosialisasi penggunaan stun gundan cara mendaftarkannya–jika memang alat tersebut diposisikan sama dengan senjata api. Jangan hanya bisanya menyuruh masyarakat saja, lantas kemudian lepas tangan seolah tidak peduli dengan masyarakat yang kian cemas dengan keselamatan mereka.

Bagi saya, keamanan adalah hak asasi setiap orang, dan memiliki alat bela diri adalah salah satu cara untuk mempertahankan rasa aman tersebut. Jika memang merasa perlu memiliki saatu atau bahkan beberapa alat bela diri, sebaiknya disesuaikan dengan kenyamanan diri kita saat menggunakannya. Jika Anda adalah seorang yang ceroboh, mudah panik, dan kurang bisa mengontrol emosi, saya tidak menganjurkan untuk memiliki stun gun. Selain alat-alat yang sudah saya sebutkan di bagian awal tulisan ini, ada opsi lain–diberikan oleh salah seorang komentator di artikel Jakarta Globe tadi–yang menurut saya patut dipertimbangkan, yakni alarm pribadi. Alat ini berfungsi seperti alarm-alarm pada umumnya, namun bisa kita bawa kemana-mana karena bentuknya yang hanya sebesar gantungan kunci. Di negara lain, alarm pribadi diberikan orangtua kepada anaknya, sebagai penanda jika ada yang berniat buruk kepada buah hati mereka. Alat ini memang hanya berfungsi mengeluarkan suara saja, namun suaranya yang keras (direkomendasikan yang 140 desibel) tersebut dapat menarik perhatian banyak orang jika suatu saat kita sedang dalam kondisi terdesak. Harapannya tentu orang-orang yang mendengar akan berhamburan keluar dan menolong kita. Saya tidak menemukan banyak informasi soal di mana bisa membeli alat ini, namun semoga ketiga link ini cukup membantu: http://bit.ly/a9wLOV,  http://bit.ly/y4vwe3, dan http://bit.ly/zVkd96.

Update 30 Januari, pk. 11:00 WIB

Beberapa hari lalu menyeruak kabar bahwa kasus pemerkosaan yang dialami JM (18) pada 20 Januari lalu adalah palsu. Supir-supir C-01 merasa dirugikan oleh  berita yang terlanjur menyebar di berbagai media. Pada Jumat, 27 Januari silam, mereka berunjuk rasa dan menuntut media–terutama TV One–untuk meluruskan berita dan membersihkan nama baik mereka. Menurut berita yang dilansir Kompas pada Minggu 29 Januari, JM memalsukan laporan karena takut orangtuanya mengetahui bahwa ia telah melakukan hubungan seksual dengan Su.

Saya pribadi menyesalkan apa yang telah dilakukan JM. Ia memanfaatkan kondisi demi “menyelamatkan” dirinya sendiri. Ia tak sadar bahwa “kasus pemerkosaan” yang ia laporkan tersebut dapat meningkatkan kecemasan masyarakat, dan merugikan orang lain–dalam hal ini supir-supir C-01 yang mengaku pendapatannya langsung turun drastis.

Dengan ini, saya menghapus kasus JM dari daftar kasus tindakan kriminal di kendaraan umum, yang terdapat di tulisan ini. Satu yang tidak boleh berubah, kita harus tetap waspada. Semoga selamat sampai di tujuan!

Update 26 Februari

Seorang mahasiswi di Bandung menceritakan pengalamannya menjadi korban penodongan dengan senjata api di angkot. Saat itu, ia bukan penumpang satu-satunya, ada enam orang penumpang lainnya. Ia menceritakan dengan detail kronologis kejadian penodongan tersebut, dan respon yang ia terima saat melaporkannya kepada polisi. Kisah selengkapnya bisa dibaca di “Saya Ditodong Pistol dan Petugas Pelayan Masyarakat Itu Dingin“.

Angkot  jurusan Cicadas-Cibiru (Bandung)
Nafielah Mahmudah
Ditodong oleh oknum bersenjata api — Selasa 24 Februari 2012
Pelaku berhasil melarikan diri.
Update 14 Maret

Beberapa waktu lalu, seorang siswi SMP diperkosa oleh supir dan rekannya di angkot di  daerah Bogor. Ini patut diwaspadai, sebab berarti tingkat kriminalitas di kota Bogor tergolong tinggi!

Angkot 03  jurusan Ciapus-Ramayana (Bogor)
Siswi SMP
Diperkosa oleh supir angkot (R) dan rekannya (P) — Selasa 24 Februari 2012, Pk. 17:00
R ditangkap pada 6 Maret 2012, sementara P masih buron.

Anehnya, Detik.com (Duh! Siswi SMP di Bogor Diperkosa Bergilir Sopir Angkot) memberitakan bahwa korban diperkosa, sementara Seputar Indonesia (Siswi SMP Nyaris Diperkosa Sopir Angkot) memberitakan bahwa korban nyaris diperkosa.

45 thoughts on “Jakarta (Harus) Aman untuk Semua!”

  1. Infonya bagus banget…tapi untuk posisi duduk di angkot…saya paling suka di bagian belakang yang di dekat pintu,seperti yang mbak kasih tanda seperti gambar di atas. Tapi itu justru memudahkan para jambret yang bertindak. Karena saya pernah dijambret oleh seseorang yang baru aja naik di angkot dan langsung jambret handphpne saya. Dua orang penumpang yang ada di depan saya hanya melihat saja, padahal sudah terlihat jelas kalau saya sudah melakukan perlawanan. Waktu itu terjadi di angkot 33 jurusan Harapan Jaya Bekasi – Pulo gadung. Jadi belum tentu posisi itu bs aman dari bahaya…1 Bahaya terhindar, tp bahaya lain datang.

    1. Kursi-kursi yang biasa saya pilih memang tidak menjamin keamanan 100%. Yang saya garis bawahi adalah lokasinya yang paling dekat dengan pintu, sehingga jika dalam kondisi terdesak, kita mudah keluar. Agar penjambret tidak punya kesempatan, sebaiknya HP sudah tersimpan di tas saat naik kendaraan umum. Begitu duduk, tas kita pangku atau didekap di dada, bukan ditaruh di samping.

  2. Thank’s infonyaa..
    Walaupun aq pengguna kendaraan pribadi, tp info ini berguna banget buat aq & teman2 lain.

    Tambahan lagi, jaga penampilan agar tdk m’undang tindak kriminal & selalu berdoa kepada Yang Maha Kuasa yaa Cantik Semuaaa.. 🙂

    1. Sama-sama, Ramona. Silakan disebar ke teman-teman yang kiranya membutuhkan informasi ini. Soal penampilan, perempuan yang memakai cadar pun ada yang menjadi korban pemerkosaan. Intinya kita harus tetap waspada. 🙂

  3. makasii buat informasinya sistha, krna saya juga termasuk pengguna angkutan umum yg aktif!!! bbrpa tipsnya ada yg sdh sering sya coba, dan itu cukup efektif untuk menjaga keamanan diri…
    thanks yahhh, smuga kita selalu di lindungi Yang Maha Kuasa dimanapun berada, amin.
    hati hati untuk semuanya .n_n

    1. Ah ya, saya juga pernah dengar trik pukul telinga ini. Masuk akal, soalnya indra keseimbangan tubuh terletak di telinga bagian dalam. Trims masukannya! Untuk electric shock, sepertinya memang harus “belajar” dulu biar fasih dan gak jadi senjata makan tuan. Nanti kalau barangnya sudah sampai, saya coba update lagi cara pakai dan tips menyimpannya. 🙂

  4. Terima kasih atas sharingnya… Mohon izin disebarkan sbg sharing kepedulian untuk meningkatkan kewaspadaan…

  5. terima kasih banyak kakak atas postnya yg sangat berguna sekali. btw, bagaimana soal tindak kriminal yg terjadi di taksi kak? karena saya juga msih suka takut kalo naik taksi sendirian di malam hari. Ada tips2 nya agar terhindar dr aksi kriminal di taksi?

  6. Naik angkutan umum di ibukota memang penuh perjuangan buat semua orang, terlebih lagi buat kaum perempuan. Naik angkot, takut diperkosa. Naik taksi atau ojek, takut dibawa kabur. Naik bus Trans Jakarta, bus umum ataupun KRL, takut jadi korban pelecehan. Untungnya sekarang ada gerbong khusus wanita pada KRL Commuter Line, namun sayang tidak pada KRL Ekonomi.

    Saya adalah pengguna angkot M16. Kalo pulang kantor malam, saya selalu naik angkot itu dari Kalibata ke arah Pasar Minggu. Kalo naik angkot, saya selalu berusaha untuk duduk di depan di samping supir.
    Kejadian menyeramkan yang pernah saya alami di angkot itu adalah, saya nyaris jadi korban pencopetan oleh segerombolan orang. Gerombolan itu naiknya tidak secara bersamaan, tapi mereka bersekongkol. Di dalam angkot mereka berakting dan berusaha mengalihkan perhatian calon korbannya. Alhamdulillah, waktu itu saya cepet sadar kalo mereka itu gerombolan copet. Akhirnya walaupun tujuan saya masih jauh, saya turun di tengah jalan & ganti angkutan yang lain. Padahal waktu itu kejadiannya siang hari loh.

    Benar kata mba Deasy, akhirnya kita kaum perempuan bawaannya jadi curiga terus ke penumpang lain, khususnya pada penumpang laki-laki. Dan jangan salah loh, seringkali pelaku kejahatan diangkutan umum tidak melulu berpenampilan kumel bin dekil. Ada juga yang penampilannya rapih dan perlente seperti orang kantoran.

    Jadi, waspada itu memang harus kudu musti ditingkatkan. Sedapat mungkin hindari penggunaan gadget di dalam angkutan umum. Siapin uang receh di tempat yang mudah di jangkau, jadi ga musti buka-buka dompet pada saat mau bayar. Dan satu lagi, jangan kebanyakan bengong di angkutan umum yaaa.. 🙂

  7. Sebenarnya saya pribadi tidak meminta setiap kendaraan umum disediakan yang khusus perempuannya. Karena bukankah itu esensi transportasi publik, dimana kita bisa berbaur dengan semua orang? Lagipula, saya ogah dicap manja kalau sedikit-sedikit ada versi khusus perempuan. 🙂

    Ngomong-ngomong, terima kasih ya sudah ikutan sharing pengalaman; menambah informasi berkendara umum yang aman di siang hari.

  8. Berhadapan dengan binatang berujud manusia didalam ruang yang terbatas seperti di kendaraan umum berpura-puralah lemah gemulai alias jangan reflektif… Tunggu sampai sampai ada kesempatan….. usahakan tonjok uluhatinya dengan sikut / elbow sekuat mungkin. Atau pukul jakunnya ( bhs.Jawa.kalamenjing) dengan sisi tangan mengepal, pastikan jakunnya ‘ambles’ ke dalam rongga leher
    .Ulu hati terletak di sudut tengah dibawah pertemuan tulang dada….
    Selamat mencoba, hanya doa saya semoga anda selamat dan tidak pernah mengalami hal yang tidak diinginkan !

  9. Menurut saya hukum untuk pelaku pemerkosa tidak adil. Mereka sudah “merusak” seorang wanita. Akibatnya ditanggung korban sampai akhir hidupnya. Sedangkan para pelaku hanya diberi hukuman penjara untuk jangka waktu tertentu kemudian bebas. Menurut saya yang paling adil hukuman untuk para pemerkosa adalah dikebiri (mohon maaf bila tidak sopan). Mereka sudah merusak yang paling berharga dari para wanita, biar mereka juga merasakan bagaimana kehilangan hal yang berharga, dan biar mereka tanggung juga akibatnya seumur hidup. Saya percaya bila ada hukuman seperti ini para pria akan berpikir setidaknya dua kali sebelum melakukan hal yang terkutuk tersebut. Saya pikir hukuman kebiri adalah yang paling setimpal untuk para pelaku. Dan saya doakan keselamatan para wanita di mana pun di dunia ini.

  10. Jika memang ada respon negatif yang saya terima dari tulisan ini adalah orang-orang jadi takut beraktifitas dengan naik kendaraan umum. Jadi maaf kalau saya menganggap respon kamu sedikit berlebihan. Meskipun tindak kriminal di kendaraan unum tak terlepas dari sisten transportasi yang berantakan dan kemiskinan, saya yakin, di negara manapun kamu tinggal sekarang, tetap ada celah untuk orang lain berbuat jahat.

    Silakan informasi ini disebar, tapi coba untuk tidak putus asa dengan Jakarta, apalagi Indonesia. Karena yang harusnya “diminggatkan” itu mereka, bukan kita. 🙂

  11. mungkin ini bisa menjadi pertimbangan, ayah anda adalah seorang laki-laki yang tentunya sangat mengetahui bagaimana seluk beluk watak dan jalan pikiran laki-laki, jauh lebih tahu daripada kita yang wanita kan

    saya kira nasehat beliau yang bersifat jender itu tidak salah kok, tujuannya adalah melindungi anda, orang yg sgt beliau sayangi, dari bahaya kejahatan kaumnya yakni kaum laki2..memang betul laki2 pun tidak akan luput dari sasaran kejahatan, tapi bentuk dan efek dari kejahatan laki2 thd laki2 secara relatif masih lebih ringan jika dibandingkan kejahatan laki2 thd perempuan, meski mungkin tidak separah di jakarta, hukum rimba ini ternyata berlaku juga di negara2 lain, bahkan negara maju sekalipun….selain bekal kemampuan bela diri, nasehat ayah anda masih sangat perlu dipertimbangkan untuk dipatuhi kok, mbak ^_^

  12. baru kemarin saya nulis tentang ketakutan saya naik angkot, hari ini ketemu tulisan mbak…nice posting…trims utk tips-nya dan untuk semua yang sudah berbagi pengalaman 🙂

  13. Makasih banyak buat tulisannya mbak.. Saya ijin share di fb juga *tapi ngelink ke sini kok.
    Emang yah skrg jalanan jakarta jadi serem bgt.. Sampe saya ngak berani lagi kalo harus aktivitas sampe malem, apalagi M16 yg baru2 ini ada kejadian itu angkot yg biasa saya naikin. Alhamdulillah selama ini saya masih dilindungin Allah, dan moga2 kita semua juga untuk seterusnya.

    Kadang saya ngerasa, berita2 kriminal yg diblow-up media walau tujuannya baik (untuk waspada), tapi ujung2nya malah bikin banyak nginspirasi pelaku2 kejahatan. Simalakama bgt emang, ngak diberitain nanti ngak ada awareness, tapi diberitain malah banyak yg ngikutin. Saya sendiri pernah jadi korban jambret di kereta (jambret, bukan copet loh), sampe saya trauma naek kereta ekonomi. Alhamdulillah skrg udah ada gerbong khusus wanita, bener2 berkah!

    Mungkin kaum perempuan lebih lemah di fisik, tapi kita kuat di insting, mbak.. Bismillah.. 🙂

    Skali lagi makasih udah nulis ini, bikin saya jadi waspada dan ngak sembrono lagi pas ngangkot.

  14. terima kasih, nicely written, informasinya juga sangaaaaat berguna. ijin share ya. 🙂
    jadi sadar kalo ternyata saya kurang sekali menjaga diri di angkutan umum.

    1. Thanks info link beritanya! Saya mengikuti berita ini sejak pertama keluar desas-desus bahwa JM memalsukan laporan, apalagi ditambah supir2 C-01 yang berunjuk rasa karena merasa dirugikan oleh berita “salah” yang menyebabkan pendapatan mereka turun. Kamu benar, meski begitu, kita tetap harus waspada.

  15. Aduh, saya masuk kategori merah… -___-”
    Omong-omong, mungkin bisa jadi masukan buat para pria kalo misalnya sedang naik angkot dan melihat ada beberapa penumpang mencurigakan serta ada seorang penumpang wanita, kalau bisa menunggu sampai penumpang wanita itu turun terlebih dahulu. Tidak apa-apa rasanya kalau jadi detour sedikit, khan? Demi keselamatan para wanita juga.

  16. nice share.

    pernah ngalamin pas di bandung, udah lama sih mungkin 2008-2009, di jalan ganesa. angkot ngetem di ujung ganesa yg deket bonbin, isinya beberapa penumpang laki semua (2 atau 3 orang, lupa, umur ga tau). posisi di pojok2 belakang, ada 1 org di posisi ngadep pintu tapi kira2 di tengah jok (ga persis depan pintu)
    gw n cw gw naik (samping pintu), trus ada penumpang lain (cewe) naik juga duduk di depan pintu (belakang supir tapi ga mepet, ada celah dikit).

    angkot jalan dikit, sebelom gerbang kampus itb, naik 1 orang cowo langsung ngincer posisi di belakang supir (maksa nyelip duduk di sana sampe penumpang yg sebelomnya ada di sana mesti geser).

    di depan gerbang itb angkot ga berenti, maju dikit lagi agak ngelewatin gerbang angkot berenti naikin penumpang cowo duduk persis di depan pintu (nutup jalan keluar).

    gw ngerasa beberapa kali ada kontak mata atau bahasa tubuh tertentu utk komunikasi antara org2 yg naik dan yg udah ada di dalem angkot (selain gw, cewe gw n cewe yg naik berikutnya). dan ada yg maksa nyempil ke belakang supir, dan yg naik berikutnya nutup pintu keluar. semuanya posisi strategis utk terjadinya tindak kriminal. perasaan jadi ga enak, gw langsung turun sama cw gw begitu org terakhir masuk (yg nutup pintu).

    sempet kuatir sama cewe yg sendirian di mobil itu, tapi setelah gw turun gw masih ngliatin tu angkot. ga lama angkot berenti lagi dan cewe yg tadi turun juga. entah kenapa, mgkn dia jg ngerasa ada yg aneh.

    entah bener apa ngga dugaan itu, tapi gw pikir dari pada bener terjadi apa2, mending langsung turun kalo mulai ngrasa ada yg ganjil.

    masih di minggu yg sama (lupa selangnya beberapa hari atau beberapa jam atau beberapa minggu) ada beberapa temen cerita kejadian yang sama. ada yg cerita di lokasi yg sama, ada lagi yg cerita kejadiannya di sekitar tubagus ismail. trayek angkot yg sama: sadang serang – caringin.

Leave a Reply to suoarman Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *