Endah N Rhesa – Pulang ke Pamulang: Hunian Bernama Rasa Nyaman

Sempatkan menonton video musik “Pulang ke Pamulang”, niscaya kita akan merasa sedang berada dalam sebuah tur virtual menuju suatu daerah suburban di selatan Tangerang bernama Pamulang.

Endah N Rhesa seakan memandu kita dalam perjalanan mereka pulang lengkap dengan visualisasi lirik lagu yang presisi. Melewati satu per satu penanda kota sebagai pengingat bahwa kita sudah berada di Pamulang:

Merayap di jalan layang / Danau yang tenang / Rindang pepohonan / Terlihat kuda berkawan / Langit berawan / Tiba di bundaran…

Endah N Rhesa merilis lagu “Pulang ke Pamulang” pada awal Oktober 2020—sekitar 9 bulan sejak pandemi merebak. Orang-orang mulai terbiasa berkegiatan dari rumah dan membatasi frekuensi bepergian. Ada sedikit perasaan getir saat pertama kali mendengar lagu ini dan meresapi liriknya. Betapa makna ‘pulang’ semakin terasa sentimental dalam situasi yang penuh keterbatasan dan kewaspadaan.

Seperti Pamulang yang lebih dari sekadar rumah bagi Endah N Rhesa, ‘pulang’ juga memiliki makna yang lebih luas dari kembali ke hunian. Bagi keduanya, pulang juga berarti kembali ke seseorang atau perasaan yang membangkitkan nostalgia dan rasa nyaman dalam diri.

Simak penampilan kedua Endah N Rhesa di Shopee Tunes yang kali ini membawakan lagu “Pulang ke Pamulang”. Teriring doa dan harapan-harapan baik untuk Sobat Shopee yang saat ini terdampak bencana banjir. Semoga semuanya dikuatkan, senantiasa diberikan kesehatan dan perlindungan, serta bisa segera kembali pulang—baik itu ke hunian, seseorang, ataupun rasa nyaman yang familiar.

Selamat menikmati.

——
🔗 Tonton penampilan Endah N Rhesa – When You Love Someone: shopee.co.id/tuneswhenyoulove

🔗 Tonton penampilan musisi lainnya di Shopee Tunes: shopee.co.id/shopeetunes.


Producers: Abdillah Subarkah, Kartini Bohang, Pricila Putri

Art Director: Malinda Hapsari, Narasty Amalia

Director: Fikri Barzqi

Videographers: Almitoshima Anggas, Vascal Sapta

Editor: Almitoshima Anggas

Photographer: Galih Dirza

Content Lead: Deasy Elsara

Endah N Rhesa – When You Love Someone: Berani Ungkapkan Rasa

Berbicara tentang musisi tanah air dalam formasi duo, tidak banyak yang bertahan lama, apalagi dengan tetap menghasilkan karya yang relevan tanpa kehilangan karakter. Endah N Rhesa​ adalah salah satu yang tak hanya mampu bertahan selama hampir dua dekade, tapi juga tetap produktif menelurkan karya-karya baru yang sigap mengikuti perkembangan zaman.

Agak sulit mengategorikan musik Endah N Rhesa ke dalam satu genre. Mengutip dari situs resminya, pasangan musisi ini ingin menghadirkan nuansa folk, ballad, blues, jazz, serta rock and roll dalam setiap karya mereka.

Di Shopee Tunes kali ini Shopee mengundang Endah N Rhesa untuk menampilkan salah satu hit single-nya yang berjudul “When You Love Someone”. Endah, sang vokalis, menciptakan lagu ini pada tahun 2004. Saat itu ia masih bersolo karier setelah hengkang dari band lamanya. Sementara Rhesa hanya tampil sebagai pendukung ketika Endah manggung membawakan lagu ini. Tak lama setelahnya, keduanya memutuskan untuk berkarya bersama. Bisa dibilang lagu “When You Love Someone” inilah cikal bakal terbentuknya Endah N Rhesa.

Mungkin tidak banyak yang tahu kalau lagu ini nyaris tidak dimasukkan ke dalam album debut Nowhere to Go (2009). Siapa sangka, justru lagu “When You Love Someone” menjadi salah satu lagu Endah N Rhesa yang paling populer. Nuansa folk dan ballad terdengar kental dalam lagu bertemakan cinta ini. Liriknya sederhana, mengajak kita untuk berani menyatakan perasaan cinta. Jangan ada kata malu dan takut dalam perwujudan cinta dan cita.

Hampir dua dekade setelah diciptakan, lagu “When You Love Someone” masih terdengar relevan, bahkan mampu bertransformasi dalam semesta makna yang lebih luas lagi. Bukan tanpa alasan jika akhirnya Shopee Indonesia memilih lagu ini sebagai musik latar video “Rayakan Hari Ibu dengan #SambutHarapan​”​ pada 2020 silam.

Simak penampilan Endah N Rhesa membawakan lagu “When You Love Someone”. Semoga di Hari Kasih Sayang ini, kita semua dapat merasakan hangatnya dekapan cinta orang-orang terkasih, baik dalam wujud fisik, virtual, maupun dalam lintasan doa.

Selamat menikmati.

——

🔗 Tonton penampilan musisi lainnya di Shopee Tunes: shopee.co.id/shopeetunes


Producers: Abdillah Subarkah, Kartini Bohang, Pricila Putri

Art Director: Malinda Hapsari, Narasty Amalia

Director: Fikri Barzqi

Videographers: Almitoshima Anggas, Vascal Sapta

Editor: Almitoshima Anggas

Photographer: Galih Dirza

Content Lead: Deasy Elsara

Hindia – Rumah ke Rumah: Bukan Lagu Pamer Mantan

Bagi musisi, mendedikasikan lagu untuk orang terkasih adalah hal yang lumrah. Tak terkecuali Hindia dengan lagu “Rumah ke Rumah”. Ada 12 nama perempuan dalam lagu ini dan sebagian besar adalah nama-nama mantan kekasih sang vokalis. Namun sesungguhnya, kepada nama terakhir yang disebutlah lagu ini dipersembahkan.

Lagu Hindia yang berjudul “Rumah ke Rumah” ini seolah mengajak kita berkelana menyusuri lorong waktu bernama Baskara. Berkenalan satu per satu dengan perempuan yang pernah hadir dalam hidup Bas dan dengan eskalasi kisahnya masing-masing.

Kita bisa saja terburu-buru menyimpulkan bahwa di lagu “Rumah ke Rumah” ini Bas sedang meracau tentang penaklukan-penaklukannya di masa lalu. Berawal dari cinta monyet, ambruk di patah hati terburuk, bertemu support system terbaik, hingga akhirnya mendapatkan ‘rumah’ baru sebagai tempat bermukim.

Begitu sampai di nama kedua belas dalam lagu ini, kita baru tersadar bahwa sesungguhnya lagu ini dipersembahkan untuk sang ibu, sosok perempuan terpenting dalam hidup Bas. Ada rasa haru menyeruak ketika pengelanaan ini berakhir, seiring dengan berkumandangnya bait “Kadang ku lupa akan mu, Amalia / Siap sedia tiap ku bercerita / Ku beruntung jadi anakmu bunda”.

Simak episode perdana Shopee Tunes yang menampilkan Baskara ‘Hindia’ Putra bersama Rayhan Noor yang membawakan lagu “Rumah ke Rumah” dalam format akustik.

Selamat menikmati.

——
Trivia:

“Lirik Rumah Ke Rumah saya tulis di FamilyMart, sekitar setengah jam. Dapet idenya pas lagi nyetir pulang, berhenti dulu biar gak lupa.” – Cuitan Baskara melalui akun Twitter @wordfangs pada 25 Desember 2019.

——

🔗 Tonton penampilan Hindia – Secukupnya: shopee.co.id/tuneshindia1

🔗 Tonton penampilan musisi lainnya di Shopee Tunes: shopee.co.id/shopeetunes


Producers: Abdillah Subarkah, Kartini Bohang, Pricila Putri

Art Director: Narasty Amalia

Director: Almitoshima Anggas

Videographers: Dede Fauzi, Delly Hendrawan

Editor: Dede Fauzi

Sound Engineer: Ardyan Suparmana

Photographer: Galih Dirza

Content Lead: Deasy Elsara

Hindia – Secukupnya: Anthem Kegelisahan Anak Indie

Lagu “Secukupnya” bisa jadi merupakan lagu Hindia​ yang paling populer di album debut Menari dengan Bayangan yang baru rilis akhir tahun lalu. Menurut pengakuan mereka, dalam setahun mereka bisa membawakan lagu ini setidaknya sebanyak 100 kali. Selain karena liriknya yang dekat dengan pengalaman banyak orang, terpilihnya “Secukupnya” untuk mengisi film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” yang meledak di pasaran beberapa waktu lalu turut mendongkrak popularitas lagu ini.

Kita pasti maklum jika ada yang menobatkan Hindia sebagai ‘duta anak indie’. Setelah jargon ‘Kopi, Senja, dan Hindia’ sempat wara-wiri di linimasa media sosial, lagu “Secukupnya” juga dianggap sebagai soundtrack hidup mereka karena menyuarakan keresahan-keresahan yang nyata. Tema yang diusung dalam lagu ini pun relevan dengan kehidupan millennial yang kerap terekam di jagat maya: persoalan gaji, mencari validasi, dan anxiety.

Berbeda dengan saat bersama .Feast, Bas — sapaan akrab Daniel Baskara Putra — terasa lebih personal mengeksplorasi karya-karya Hindia. Rasanya sebuah keputusan tepat memadukan vokal khas Baskara yang terdengar ‘diseret-seret’ dengan musik yang menghentak di lagu “Secukupnya”. Kita seolah bisa merasakan eskalasi rasa lelahnya menjadi frustrasi. Merayakan kesedihan dengan segelas minuman dan sedikit tisu, akhirnya menjadi satu-satunya solusi.

Simak episode perdana Shopee Tunes yang menampilkan Baskara ‘Hindia’ Putra bersama Rayhan Noor dengan lagu “Secukupnya” dalam format akustik.

Selamat menikmati.

——

🔗 Tonton penampilan Hindia – Rumah ke Rumah: shopee.co.id/tuneshindia2
🔗 Tonton penampilan musisi lainnya di Shopee Tunes: shopee.co.id/shopeetunes


Producers: Abdillah Subarkah, Kartini Bohang, Pricila Putri

Art Director: Narasty Amalia

Director: Almitoshima Anggas

Videographers: Dede Fauzi, Delly Hendrawan

Editor: Dede Fauzi

Sound Engineer: Ardyan Suparmana

Photographer: Galih Dirza

Content Lead: Deasy Elsara

A Women Artists Project by Jakarta Arts Council

A Women Artists Project of the Jakarta Arts Council:
WANI DITATA PROJECT

ArtistsAprilia Apsari, Julia Sarisetiati, Kartika Jahja, Keke Tumbuan, Marishka Soekarna, Otty Widasari, Tita Salina, Yaya Sung
Curator: Angga Wijaya

Exhibition: 4 – 19 October 2015, 11 am – 8 pm

Discussion on “The Image of Dharma Wanita in Social Context”
Tuesday, 6 October 2015 | 3 – 5 pm
Speakers: Julia Suryakusuma and Manneke Budiman
Moderator: Maulida Raviola

At Galeri Cipta II
Jl. Cikini Raya 73
Taman Ismail Marzuki
Menteng, Central Jakarta, 10330

Book

buku WDP

WANI DITATA: WOMEN CONSTRUCTION THROUGH STATE BUREAUCRACY

A5
244 pages
bilingual (Indonesian-English)
2015

Preface by Irawan Karseno and Hafiz Rancajale

Authors: Angga Wijaya, Julia Suryakusuma, Manneke Budiman, and Maulida Raviola
Editor: Deasy Elsara
Translator: Ninus D Andarnuswari and Gesyada Annisa Namora Siregar

Info & order: pelaksana.program.1@dkj.or.id

 

***
Women’s Art Project

In the last few years, the phrase ‘art project’ has been appearing in various art discussions and writings in Indonesia. Art as a project—referring to various possibilities of art development, both in collaboration and individually—has not been familiar in our art history. However, with the gift of hindsight, what the founding fathers of our modern art did actually led to the art project the way we interpret it nowadays. One simply can look at the project of Indonesian post-independence revolution poster, initiated by S. Sudjojono and Affandi together with Seniman Muda Indonesia, SIM (Indonesian Young Artists). S. Sudjojono laid down the foundation of art not just as an activity to investigate the aesthetic, but also as a means of struggle in collaboration with writers of the era, such as Chairil Anwar. Art as an art project hasn’t seen much development in Indonesia due to artists’ inclination of subjectivity and orientation to produce materiality, meaning work of art or object-based, as the end result. An art project in its process requires openness to develop what constitutes as ‘art’. This openness takes collaborative form of carrying out an activity that seems to have nothing to do with art.

In 2015, the Art Committee of the Jakarta Arts Council started a women artists’ project called Wani Ditata Project. This project is the Art Committee’s response to the Indonesian contemporary art development, taking into account the fact that art activities based on research and focusing on certain issues are becoming increasingly relevant today. The relevance of such project shows how art activity developed within a certain period of time and delving into a subject of discourse will have a significant impact on the contemporary art development—in the process production of knowledge also takes place that will be distributed by the end of the project.

Wani Ditata Project deliberately invites eight women artists of Jakarta and a young curator, Angga Wijaya, to facilitate this project’s development. The objective of inviting these women artists is to read the Jakarta contemporary art development in which they become the main players nowadays. Since its conception, the Art Committee of JAC has never particularly raised women issues in its programs. Thus the committee felt the need to specifically establish a women artists’ project while at the same time collecting the cultural, social and political discourses read through these artists. Hopefully this project will thrive and contribute to our contemporary art development.

Sincerely yours,
Hafiz Rancajale
Chairman of Art Committee
Jakarta Art Council
2013 – 2015

***

Download the festival newsletter here.

Project Manager: Ajeng Nurul Aini
Program Manager: Andike Widyaningrum
Writer: Angga Wijaya, Hafiz
Editor: Deasy Elsara
Translator: Ninus D. Andarnuswari
Designer & Layout: Rio Sadja
Media Relation: Dita Kurnia, Puri Dewayani
Production: Serrum
Documentation: M. Hasrul Indrabakti, Joel Thaher
Publisher: Rinam Antartika

Download the book here.