Satir Metropolitan

TITIK NOL: JAKARTA
Kedekatan keduanya bermula saat sama-sama berkuliah di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada 1993. Sewaktu kuliah, Benny dan Misrad “Mice” kerap membuat kartun dan dijadikan majalah dinding. Lekatnya Benny dan Mice sebagai ikon kartunis yang mengangkat parodi kehidupan Jakarta muncul saat mereka meluncurkan buku kartun Lagak Jakarta. Mengapa Jakarta? Mice punya jawaban simpel, “Karena kami berdua tinggal di Jakarta. Kami nggak berani ngomongin Bandung karena kami nggak tinggal di situ.” Mice memang asli Jakarta, sementara Benny dari Samarinda. “Warga pendatang tampaknya justru cenderung lebih peka dibandingkan orang Jakarta sendiri yang masa bodoh karena menganggap segala sesuatunya sudah biasa,” jelas Mice. Pada 2003 mereka mendapat tawaran dari sebuah surat kabar nasional untuk menjadi kartunis tetap. Hingga kini, keduanya secara rutin mengisi kolom kartun Benny & Mice di Kompas edisi Minggu.
Mungkin banyak yang tidak tahu kalau kartun yang kita nikmati tiap minggunya itu dikerjakan secara bergantian oleh Benny dan Mice. “Kita menggambarnya bergiliran. Misalnya minggu pertama saya, minggu kedua Benny. Kalau ada yang sakit atau sedang ke luar kota, yang lain menggantikan.” jelas Mice.
SUMBER INSPIRASI
Kuatnya karakter kartun mereka tak lepas dari proses observasi yang mereka lakukan sebelum menggambar. Sesekali mengobrol sekadarnya dengan orang-orang sekitar hingga memotret. Memilih masyarakat golongan menengah ke bawah sebagai objek kesukaan misalnya, merupakan hasil dari upaya itu. “Golongan ini paling fleksibel, bisa naik ke golongan atas, bisa juga ke bawah. Tapi jadinya nanggung, mereka nggak mampu mengikuti gaya hidup golongan atas. Makanya sering terjadi misplaced dan kelakuan norak lainnya,” jelas Mice. “Bocoran” lain tentang resep sukses menjadi seorang kartunis keluar dari mulut Mice. “Mudah saja. Buatlah cerita yang membumi, tidak usah yang terlalu tinggi. Target utama adalah masyarakat umum, bukan sesama kartunis.”
“Lebih sering menjadi pembicara seminar di FISIP dibandingkan di Fakultas Seni Rupa dan Desain.”
BUAH KESUKSESAN
Benny dan Mice kini sudah memetik hasil kejelian dan kerja kerasnya. Kesuksesan mereka mengangkat satirnya kehidupan Jakarta ke dalam bentuk kartun tidak tanggung-tanggung. “Dalam satu bulan buku kami bisa terjual sebanyak 25 ribu eksemplar. Sementara penerbitan standar, cetakan pertama sebanyak tiga ribu dan diberi batas waktu hingga enam bulan agar habis,” jelas Benny tanpa bermaksud sombong. Duo “kocak” ini pun mendadak tenar sehingga kerap diundang untuk menjadi pembicara di berbagai seminar. Hanya mereka cukup heran, pihak pengundang justru banyak dari pihak jalur pendidikan sosial. “Lebih sering menjadi pembicara seminar di FISIP dibandingkan di Fakultas Seni Rupa dan Desain,” jelas Benny.
Mereka tentu tidak mau terlalu ambil pusing terhadap masalah ini. Dunia kartun sudah menjadi tempat yang nyaman bagi Benny dan Mice. “Kartunis itu enaknya bisa kerja di rumah. Gambar tinggal dikirim via e-mail. Jadi nggak perlu bermacet-macet ria,” seloroh Benny.
Keduanya sepakat masih akan terus mengembangkan karyanya, termasuk kemungkinan kartun Benny & Mice dalam karya 3D atau visual bergerak. “Ada juga yang menawarkan untuk dijadikan sinetron,” ungkap Benny. “Tapi ya nggak mungkin. Kalau dalam bentuk animasi masih mungkin,” sambungnya. Yang pasti, kondisi sosial masyarakat Jakarta masih akan terus menjadi tema utama duo ini. Jakarta adalah tema yang tidak akan ada habisnya. “Teknologi, tren dan perilaku orang berkembang terus. Apalagi kalau negaranya belum beres-beres. Kalau negaranya “beres”, sedikit yang bisa diangkat bukan?” jelas Mice. Yang ini bisa jadi jawaban melucu atau memang serius.
…
Foto: Eddu Enoary EigvenIlustrasi: Benny & Mice
Publikasi: Esquire Indonesia edisi November 2009
Catatan penulis:
Sejak 18 Juli 2010, Kompas berhenti memuat “Kartun Benny & Mice”. Sebagai gantinya, Mice akan melanjutkan membuat kartun sendiri dalam “Mice Cartoon”. Hingga kini, tidak ada yang tahu sebab “perceraian” mereka. Saya sempat bertanya saat bertemu dengan Benny. Ia cuma menjawab singkat “Nggak cerai kok, cuma pisah ranjang,” lalu melengos pergi.
Berikut edisi terakhir “Kartun Benny & Mice” yang terdiri dari dua bagian, edisi pertama (27 Juni 2010, sumber: TamtomoVision) dan edisi ke dua (4 Juli 2010).
Dan ini bagian-1 “Mice Cartoon” edisi pertama (18 Juli 2010) dan edisi ke dua (25 Juli 2010):
halo deasy, blognya tertata banget. btw punya kontaknya benny atau misrad ga? saya pengen ngundang dia di seminar. terima kasih sebelumnya 🙂
Hai Luthfi, terima kasih atas komentarnya. Kontak mereka sudah saya kirim ke email. Sukses untuk seminarnya! 🙂
Mba Deasy, mau dong saya diberi kontak nya Benny atau Mice, kabarnya mrk dah pisah ya, terima kasih banyak ya mba
halo Deasy, saya dari kastrat bem ui 2014 punya rencana mau ngundang Mas Benny atau Mice untuk hadir di seminar pergerakan alternatif mahasiswa. Boleh gak saya minta kontak mereka? Terimakasih. boleh kirim ke dini.octaviaanggraini@gmail.com
Halo Dini, kontak mereka sudah saya kirim ke email kamu ya. 🙂