Kapok Berurusan dengan Pemerintah
Ketika ditemui di tenda solidaritas Pedagang Barito, ibu beranak satu ini sedang mengobrol dengan teman-teman sesama pedagang yang senasib dengan dirinya.
Meskipun sudah lewat lebih dari seminggu, kejadian penggusuran yang terjadi dini hari itu menyisakan trauma mendalam bagi Mira dan teman-temannya, terutama para perempuan. Ia melihat sendiri bagaimana ibu-ibu yang sedang duduk menghalangi para satpol yang berusaha ingin melakukan penggusuran, menginjak-injak mereka dengan memakai sepatu lars. “Padahal kita cuma mau aksi damai, nggak pakai senjata. Ibu-ibu yang ada di barisan depan juga cuma bawa bunga!” jelasnya emosi.
Perempuan kelahiran Banda Aceh empat puluh tahun silam ini menyesalkan sikap Pemda DKI yang terkesan bodo amat dan tak mau mendengarkan suara warganya. Padahal Pasar Barito tak hanya tempat mencari nafkah bagi bara pedagang, tapi banyak memori tersimpan seiring berjalannya waktu. Asal tahu saja, Pasar Barito sudah ada sejak tahun ’70-an, dan kini yang berdagang disana sudah memasuki generasi kedua.
Meskipun harus mengalami kejadian yang tak mengenakkan, Mira tetap mencintai Jakarta, kota yang ia jadikan tempat tinggal sejak berusia dua tahun. Mira juga pernah menetap di Bali untuk beberapa waktu, namun ia tidak betah. Karena menurutnya, masih lebih enak tinggal di ibukota, semua fasilitas tersedia.
Kemacetan parah di ibukota meresahkan banyak orang, namun tidak begitu bagi Mira. Menurutnya itu sudah menjadi konsekuensi bagi kita yang memutuskan untuk tinggal di kota metropolitan. Lantas, apa hal yang tidak ia suka dari Jakarta? Dengan cepat dan tegas Mira menjawab, “Birokrasi pemerintahnya yang saya nggak suka! Saya kapok berurusan sama pemerintah. Nggak lagi-lagi deh!”
…
Publikasi: Majalah Area #104 (6Februari 2008)
Leave a Reply