Rational Idea: Tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Seperti halnya Coca-Cola Zero, minuman ringan berkarbonasi rasa kola, zero sugar.
…
Situation: Suatu hari di rumah.
SFX. Suara berisik perkakas mekanik.
MVO: (dengan nada penasaran dan gemas) dikit lagi.. dikit lagi.. dan ya! Woo hoo!! Smell-a-phone gue jadi juga! Akhirnya, gue bisa telepon Shinta sambil mandangin mukanya. Dan cium wangi parfumnya.. Hhmmmhh… (seperti mencium wangi sesuatu) Gak ada yang gak mungkin, sama kayak Coca-Cola Zero gue!
ANNCR: “Coca-Cola Zero! Nikmati ‘Great ‘Coca-Cola’ Taste, Zero Sugar’. Kalau belum coba, tunggu apa lagi? Pasti suka!”
…
*Catatan penulisNaskah iklan ini dibuat pada bulan April 2009. Sayangnya, saya tidak lagi bekerja sebagai copywriter freelance di McCann Worldgroup sebelum proses rekaman dimulai. Awalnya Omesh yang dipilih sebagai pengisi suara Johnny Zero, namun karena satu dan lain hal, proses rekaman diulang dengan talent baru yang terpilih, yaitu Arie Daging. Kalau tidak salah, iklan ini mengudara pada pertengahan 2009, saya lupa persisnya kapan, sekitar Mei-Juli.
Menjadi vegetarian adalah salah satu cara untuk menerapkan pola hidup sehat, meski sebagian orang memiliki alasan lain untuk tidak mengonsumsi daging, misalnya karena faktor kesehatan, ingin menerapkan hidup kembali ke alam, atau bahkan ingin menurunkan berat badan. Semuanya bisa dibenarkan, bahkan yang paling ekstrem sekalipun, tidak ingin menyakiti atau menghilangkan nyawa hewan. Tak salah memang, karena itu soal pilihan hidup.
Ada baiknya Anda mengenal secara singkat jenis-jenis vegetarian berdasarkan makanan yang “boleh” dan “tidak boleh” dimakan. Berikut pembagian secara jelasnya:
Semi Vegetarian
Selain jenis makanan nabati (non hewani), semi-vegetarian juga masih mengonsumsi daging hewan, meskipun tergolong jarang.
Lacto–OvoVegetarian
Vegetarian jenis ini tidak mengonsumsi produk hewani, kecuali yang mengandung susu dan telur.
LactoVegetarian
Produk hewani yang dikonsumsi hanya susu dan olahannya, misalnya keju dan es krim. Selebihnya tidak, termasuk telur.
Ovo Vegetarian
Kebalikan dari lacto vegetarian, produk hewani yang dikonsumsi hanya telur dan olahannya saja.
Vegan
Merupakan tingkat vegetarian yang paling ketat. Mereka hanya mengonsumsi makanan non hewani. Bahkan telur, susu, dan madu sekalipun tidak. Biasanya mereka juga menolak untuk mengenakan produk pakaian yang menggunakan kulit hewan asli.
Setelah mengetahui jenis-jenis vegetarian beserta makanannya, berikut adalah menu-menu non-daging yang bisa Anda santap. Vegetarian or not, everyone is welcome.
PORTICO
Vegetarian Spaghetti
Ketika Anda melintas di Jalan Asia Afrika, Jakarta Selatan, restoran yang terletak di pelataran Senayan City ini dengan cepat menarik perhatian. Mengusung konsep indoor dan outdoor, Portico memang menjadi salah satu spot favorit untuk hang out. Menu restoran ini pun cukup membuat perut Anda yang mungkin sebenarnya tak lapar, mendadak lapar.
Menu vegetarian yang tersedia di sini cukup banyak, misalnya Wild Mushroom Cream Soup with Truffle Oil. Sup ini terasa gurih dan tidak terlalu creamy. Jadi rasa aslinya masih dapat Anda nikmati. Ada pula Spaghetti with Chili Padi, Mushroom, and Garlic Infused Olive Oil. Spaghetti yang mendapat pengaruh kuliner Asia ini terasa nikmat disantap sebagai menu makan siang. Namun jika Anda kurang suka pedas, hati-hati dengan potongan cabai kering yang bersembunyi di balik helaian spaghetti Anda.
KOMALA’S
Grill Focacia
Restoran yang terletak di kompleks pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta Pusat, ini menghidangkan masakan-masakan khas India. Komala’s menggunakan susu sebagai salah satu bahan dasar. Jadi jika Anda seorang lacto-vegetarian, menu restoran ini “aman” untuk dikonsumsi. Untuk permulaan, Anda bisa mencoba Grill Focaccia. Roti kering yang juga populer di Italia ini diberi filling keju, rempah-rempah, dan minyak zaitun. Sebagai tambahan, menu ini juga disertai keripik kentang. Paduan rasanya menarik, gurihnya roti panggang berpadu dengan keripik yang renyah. Ingin mencoba menu yang lebih “India”? Anda bisa mencoba Masala Dosai, sejenis crepes yang berisi kentang tumbuk.
CASA D’ORO
Salad organik
Salah satu restoran andalan Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, Casa D’Oro, melakukan inovasi dengan bermitra dengan White Lotus, perusahaan penyedia makanan yang memperkenalkan seri menu sehat. Chef Italia yang telah memenangkan beberapa penghargaan, Francesco Greco, dipercaya untuk menangani urusan dapur. Salah satu menu yang disajikan adalah Garden Greens Crispy Organic Vegetables And White Balsamic Vinegar Dressing. Salad yang seluruhnya menggunakan sayuran organik ini terasa lebih segar karena menggunakan vinegar dressing, bukan creamy dressing seperti mayonnaise. Anda pun tak perlu khawatir karena salad ini hanya mengandung 120 kalori. Jantung sehat, lingkar pinggang pun aman.
LOVING HUT
Fancy Nut Satay
Tak susah mencari restoran vegetarian franchise asal Amerika Serikat ini, karena kini Loving Hut memiliki sebelas cabang yang tersebar di Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi. Khusus Jakarta, resto ini terdapat di Plaza Semanggi lantai 3 dan di Jalan Kemang Raya no 130. Menu-menu yang disajikan di sini mencakup hidangan khas nusantara, Asia, dan juga Eropa. Jangan heran dengan dengan nama yang tertulis di buku menu, karena sesungguhnya “lele”, “sate”, atau “steak” yang dihidangkan Loving Hut seluruhnya “aman” dikonsumsi oleh para vegetarian. Sebut saja Fancy Nut Satay. Sate ini menggunakan potongan “daging” yang diracik dari bahan-bahan non hewani. Layaknya sate, Fancy Nut Satay juga disajikan dengan bumbu kacang. Penasaran dengan rasa sate “palsu” yang terbuat dari jamur dan kedelai? Kosongkan jadwal akhir pekan Anda untuk mendatangi restoran ini.
TEHE VEGETARIAN
Nasi Uduk Ayam Kremes
Restoran ini memang mengkhususkan diri pada menu vegetarian. Suasananya pun nyaman dengan konsep riung tenda yang teduh. Jika ingin mencoba, sambangi saja PRJ Kemayoran Gambir Expo Blok J. Menu yang disajikan memang bukan ditujukan untuk para vegan, alias masih menggunakan telur sebagai salah satu bahan dasar. Jangan membayangkan sepiring menu dengan tampilan yang membosankan.
Di Tehe, Anda yang tidak vegetarian pun akan lahap karena “tertipu” dengan tampilan dan rasanya. Misalnya Nasi Uduk Ayam Kremes. Jangan kaget dulu, meski nama dan tampilannya “ayam”, sesungguhnya seluruh menu yang disajikan di Tehe bebas daging hewan, alias nabati. Sang pemilik restoran, Saharjo dan istri punya cara sendiri untuk membuat “ayam” dan teman-teman daging lainnya, yaitu dengan menggunakan kedelai dan jamur. Ia pun membentuk bahan-bahan tersebut sehingga menyerupai bentuk aslinya. Banyak orang yang tidak menyangka bahwa makanan yang mereka makan sebenarnya bukan daging sama sekali.
…
Foto: Rici Linde, Dok. Esquire.Publikasi: Esquire Indonesia edisi Juni 2010.
… UNTUK URUSAN PENAMPILAN, pria memiliki lebih sedikit pilihan dibandingkan wanita. Begitu juga soal rambut. Meski kelihatannya begitu-begitu saja, sebenarnya tatanan rambut pria telah mengalami evolusi. Figur-figur publik seperti aktor film, musisi, hingga atlet turut andil menciptakan tren rambut pria dari dulu hingga kini. Simak rangkuman perjalanan tren rambut pria selama lima dekade terakhir.
’50-an
SIDEBURNS Era ‘50-an, para pria umumnya tampil konservatif dengan rambut belah pinggir dan tersisir rapi. Mereka yang tidak ingin tampil standar, biasanya memberi aksen sideburns, atau jambang yang menjulur ke arah dagu. Inspirasi yang sangat dipengaruhi oleh musik rock ‘n roll ini dipopulerkan oleh dedengkot musik itu sendiri, Elvis Presley.
…
’60-an
MOP TOP Di awal ‘60-an, grup The Beatles mulai menginvasi dunia. Gaya rambut mereka pun banyak ditiru. The Fab Four memopulerkan rambut berponi yang sepintas tampak seperti mangkuk terbalik. Gaya rambut seperti ini kemudian dikenal dengan nama moptop.
HAPPY HIPPIE Memasuki paruh akhir ‘60-an, giliran demam hippies melanda dunia. Rambut para pria dan wanita dibiarkan menjuntai, sesuai paham kebebasan yang mereka anut. Pentolan The Beatles, John Lennon dan istrinya, Yoko Ono, turut terjangkit fenomena ini. Seperti kita tahu, karena mereka duni amengenal idiom“Hair peace, bed peace.”
…
’70-an
MAMBO AFRO Di era ‘70-an pria tampil lebih rebellious dengan rambut panjang melebihi bahu. Saat itu banyak orang mengasosiasikan rambut gondrong dengan premanisme yang erat hubungannya dengan alkohol, narkoba, dan kriminalitas. Modellainyang juga tenar adalah gaya afro atau kribo. Indonesia punya ikon-nya, rocker gaek Ahmad Albar yang hingga kini setia dengan rambut afro-nya. Bersama Ucok AKA ia pernah mendirikan grup musik Duo Kribo.
…
’80-an
HAIR METAL Sepertinya rambut panjang jarang “direstui” sebagian besar masyarakat Indonesia. Di era ‘70-an, razia rambut gondrong kerap digelar di sekolah dan di jalan-jalan. Bahkan konon pernah dibentuk Badan Koordinasi Pemberantasan Rambut Gondrong (Bakoperagon). Lucu memang, persoalan rambut juga diurus pemerintah. Sejarawan muda Aria Wiratma Yudhistira membahas hal ini dalam bukunya, Dilarang Gondrong! Praktik Kekuasaan Orde Baru terhadap Anak Muda Awal 1970-an. Namun siapa sangka, satu dekade kemudian, tren rambut panjang kembali populer, seiring dengan Hair Metal atau Glam Metal, genre musik cadas dimana para personelnya suka mengibas-ngibaskan rambut di atas panggung, yang tengah naik daun.
.
MULLET Era ‘80-an adalah masa kejayaan aliran musik new wave dan disko. Anak-anak muda seakan terhipnotis dengan warna-warna mencolok yang kemudian diaplikasikan pada pakaian dan aksesoris gaya rambut pun berbelok ke arah yang lebih edgy, asimetris, dan terlepas dari gaya yang kaku. Tidak perlu malu kalau Anda juga pernah mengadopsi gaya yang kita kenal dengan mullet ini. Anda tentu masih ingat Lupus, tokoh rekaan yang menjadi ikon ‘80-an, yang kerap menyembunyikan kuncirnya ke dalam kerah seragam ketika terjadi pemeriksaan rambut. Selain itu, pada dekade ini juga dikenal istilah “rambut besar”. Pemuda-pemudisaat itu memilih rambut panjang dan bertekstur ombak yang dibiarkan mengembang. Jangan pura-pura lupa seperti apa bentuknya, bongkar saja album foto-foto lama Anda.
…
’90-an
MOHAWK Di akhir ‘80-an demam punk mewabah. Meski agak terlambat datang dan tak seheboh di Amerika, semangat perlawanan punk turut menjalar k eIndonesia. Saat inilah kita mulai melihat anak-anak muda bergaya rambut mohawk yang tatanan dan warnanya selalu menarik perhatian. Gaya rambut yang terinspirasi masyarakat Indian ini hingga sekarang masih disukai banyak orang, termasuk aktor Orlando Bloom.
…
ALTERNATIVE NATION Jika dilihat dari perpetaan musik, era ‘90-an adalah masa musik alternatif. Kurt Cobain dengan Nirvana-nya begitu menginspirasi generasi muda saat itu. Rambutnya yang lurus dibiarkan menjuntai sebatas bahu turut ditiru oleh penggemarnya. Jika ada model lain, jambul ala Tintin adalah rival terdekatnya. Hanya saja mereka keluar di paruh waktu yang berlainan. Rambut Cobain di paruh awal, sementara Tintin di paruh akhir. Keduanya berakhir ketika kita memasuki tahun 2000.
…
2000-an
FAUXHAWK Berterimakasih lah kepada David Beckham. Mungkin ia penyelamat dekade 2000-an dengan gaya rambut spike dan fauxhawk (mirip mohawk namun tanpa cukur habis rambut di bagian samping). Kedua gaya rambut ini, khususnya fauxhawk digemari karena dapat membuat si pemilik rambut terlihat fresh dan stylish.Dipadukan dengan setelan jas mewah pun tak akan melunturkan kesan elegan Anda.
…
Foto: Dari berbagai sumber.Publikasi: Esquire Indonesia edisi Mei 2010.
…
*Catatan penulis
Artikel ini merupakan bagian dari artikel tema yang membahas tentang tren rambut. Di bagian awal, saya dibantu Ivan Loviano juga menghadirkan gaya-gaya rambut yang ngetren di tahun 2010 menurut empat pakar tata rambut, Rudy Hadisuwarno, Irwan Rovanidoke (Irwan Team), Gusnaldi, dan Harun (untuk Peter F. Saerang).
Mereka bilang, Betawi punye gaye. Selain kesenian Gambang Kromong dan Ondel-ondel yang ikonik, Betawi juga punya banyak warisan makanan dan minuman tradisional. Saya tidak sedang membicarakan kerak telor yang kini dapat dengan mudah kita temui, melainkan bir halal khas Betawi: Bir Pletok.
Namanya penuh kontroversi, mengaku bir tapi diberi label halal. Sebenarnya apa keistimewaan minuman“jadi-jadian” ini? “Bir pletok dulu dijadikan simbol perlawanan Betawi bumiputera. Mereka tidak senang dengan para kompeni yang kerjanya mabuk-mabukan.Makanya mereka membuat bir pletok tanpa alkohol,” ungkap Bambang Pangayoman dari restoran Huize Trivelli menjelaskan.
Nama “bir pletok” sendiri tercipta bukan tanpa alasan. Minuman ini biasa ditaruh dalam sebuah bumbung (ruas bambu) tertutup dengan tambahan beberapa buah es batu. Bak bartender, orang-orangBetawi kemudian mengocok-ngocok minuman ini di depan para kompeni tersebut. Pada saat mengocok itulah terdengar bunyi pletak-pletok. Setelah dikocok, minuman ini akan berbuih menyerupai bir. Versi lain menyebutkan kata “pletok” didapat dari bunyi air yang mendidih saat proses perebusan berlangsung.
Berbicara soal bahan, tidak ada satu acuan baku karena biasanya setiap produsen melakukan sedikit improvisasi resep. Namun menurut Rosiah, salah seorang pembuat bir pletok asli Betawi di daerah Kebagusan, Jakarta Selatan, empat bahan yang harus ada adalah lada hitam, cabai Jawa, kayu manis, dan serai. Sisanya dilengkapi oleh jahe atau jahe merah, kapulaga, cengkeh, secang, daun jeruk purut, dan terkadang ditambahkan daun pandan agar aromanya lebih harum.
Cara membuat bir pletok tergolong mudah. Campurkan semua bahan ke dalam satu kuali besar berisi air, lalu rebus sampai mendidih. Setelah itu, masukkan gula merah secukupnya, lalu didihkan kembali. Setelah bahan tercampur sempurna, bir pletok siap didinginkan untuk kemudian disaring sebelum dihidangkan. Mau disajikan selagi hangat atau dingin, itu perkara selera. Bambang bahkan melakukan inovasi baru dengan menambahkan satu scoop es krim vanila ke dalam segelas bir pletok dingin. “Biar lebih menarik minat masyarakat. Dengan begini, anak-anak juga akan tertarik untuk mencoba,” ujarnya.
Tak ada salahnya sesekali menyempatkan diri mencoba bir halal asli Betawi ini. Menjelajah ke masa lampau bersama segelas bir pletok tak akan menggerogoti jiwa modern Anda. Mencecap manis, hangat, dan sesekali pedasnya sejarah negeri yang kaya rempah ini bisa jadi cara yang mengenangkan untuk lebih mengenal dan mencintai nusantara, dibanding hanya memasang ikon merah-putih di avatar jejaring situs sosial Anda .
…Foto: Rici LindePublikasi: Esquire Indonesia edisi April 2010.
Sebuah rumah dua lantai di bilangan Tebet, Jakarta, disulap menjadi sebuah firma arsitektur. Semuanya tampak biasa, kecuali dua buah sepeda lipat yang menghiasi salah satu sudut ruangan. Toto Sugito pemilik sepeda itu. Tak perlu heran, karena ia adalah ketua umum komunitas Bike to Work (B2W).
Lima tahun sejak didirikan, komunitas yang dipimpinnya terus menggalang usaha agar semakin diterima oleh warga ibukota. Menurut pria berkacamata ini, pada awalnya kegiatan B2W adalah berkumpul di Senayan sepulang kantor, berkeliling sepeda ke ruas-ruas jalan protokol, lalu membagikan flyer. Tapi kemudian ia sadar, komunitas ini tak akan beranjak kemana-mana dan mencapai tujuan yang lebih besar jika tidak diformalkan menjadi organisasi. Kepengurusan Bike to Work secara formal baru terbentuk tahun 2006. Setelah sempat dilakukan reorganisasi, Toto pun didaulat menjadi ketua umum hingga sekarang.
“Liberalnya” syarat keanggotaan membuat B2W dilirik banyak kalangan. “Anggota berasal dari berbagai kalangan, mulai dari office boy hingga CEO. Tidak ada gap dan brotherhood-nya luar biasa,” ujarnya. B2W tak semata-mata menggalang anggota kantoran, namun juga semua individu yang telah membuat keputusan untuk menekan tingkat polusi udara dengan tidak menggunakan kendaraan bermotor. “Semoga bisa menjadi kebiasaan hidup, karena sepeda adalah moda transportasi alternatif yang ramah lingkungan. Tak perlu bike to work, bisa juga bike to school, campus, atau bahkan bike to supermarket. Intinya, bike to go,” terang pria yang sehari-harinya menjabat sebagai Managing Director di firma arsitektur Anggara Architeam. Hasilnya, anggota B2W kini mencapai 20 ribu orang yang tersebar di seluruh Indonesia.
Anggota B2W bisa semakin menggelembung dengan terbitnya Undang-Undang No. 22/ 2009 tentang Lalu-lintas dan Angkutan Jalan yang mencantumkan hak-hak para pesepeda. “Ini sesuatu yang kami perjuangkan. Tak hanya menjadi prestasi B2W, tapi juga prestasi seluruh pesepeda,“ jelasnya. Salah satu hak pesepeda yang tercantum adalah, “Pesepeda berhak atas fasilitas pendukung keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran dalam berlalu lintas.” Dengan perlindungan legal tersebut, Toto dan pesepeda lainnya merasa lebih tenang dan aman memacu kendaraan roda dua mereka di jalanan ibukota.
Toto tak cepat berpuas diri. Kini ia sedang mengusahakan tersedianya jalur khusus sepeda di ibukota. Ia mengaku telah melakukan komunikasi dengan Dinas Perhubungan DKI. Tahap awal dan yang paling memungkinkan adalah berbagi lahan trotoar dengan pejalan kaki, Ia pun punya harapan agar di setiap bantaran kali dapat dibangun jalur sepeda, seperti yang sebentar lagi direncanakan hadir di sepanjang Banjir Kanal Timur. “Jika ditambah pohon-pohon rindang, waduh enak sekali bersepeda di sana!” timpalnya bersemangat.
Kecintaan Toto bersepeda memang bukan lagi semata aktivitas “sampingan”. Dunia ini menurutnya bukan hanya untuk kehidupan generasi sekarang, tapi juga generasi mendatang. “Kita tidak boleh egois. Sebanyak apapun uang yang kita miliki, kita tidak bisa membeli beratus-ratus hektar lahan dengan cadangan oksigen bersih untuk diberikan kepada anak cucu,” ujarnya. Sembari meniru ucapan ulama Aa Gym, Toto yang terpilih sebagai Tokoh Perubahan 2009 oleh salah satu surat kabar nasional ini pun berbagi pesan, “Mulailah bersepeda untuk diri sendiri, mulai dari jarak terdekat, dan mulai dari sekarang. As simple as that.”
…
Foto: Adi NugrohoPublikasi: Esquire Indonesia edisi Maret 2010.…
*Catatan penulis:
Tulisan ini merupakan advertorial Nokia E72. Selain Toto Sugito, produsen ponsel terkemuka tersebut juga memilih beberapa figur publik lain untuk mewakili produknya, antar lain Pandji Pragiwaksono, Daniel Mananta, dan Iwan & Indah Esjepe.