Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Sesederhana ponsel kita dulu
Hanya pesan dan suara
yang saling bertukar lewat udara
Bukan tweet ataupun retweet
Aku ingin mencintaimu dengan rahasia
Serahasia obrolan tengah malam waktu itu
Cuma berdua
Tanpa tersebar di timeline teman dan pengikut
Aku ingin mencintaimu sepenuhnya
Seperti rasa yang gagal disampaikan abjad
kepada tombol “enter” dan “cancel”
Atau rona wajah yang urung muncul
di layar ponsel
Aku ingin mencintaimu biasa saja
Sebiasa semburat jingga di kala senja
Sembari tukar cerita,
lengkap dengan kita yang bertatap muka
Aku ingin mencintaimu
seperti aku yang mencintaimu dulu
Menggebu-gebu
Tanpa malu
apalagi ragu
.
..
*) Puisi ini merupakan improvisasi dari puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono. Sebuah respon usil atas hubungan dua insan pada zaman sekarang yang turut berubah seiring dengan meningkatnya penggunaan media sosial Twitter sebagai sarana berkomunikasi. Perlahan tapi pasti, teknologi dapat membunuh romansa. Karena jangan-jangan, saat duduk berhadapan atau bersebelahan, kita justru lebih sering menatap layar ponsel ketimbang wajah pasangan sendiri.
Gambar dari sini.