Swasembada Pangan dan Kemandirian Negara
Bayu Krisnamurthi
(Wakil Menteri Pertanian)
Loyalitas Profesi
Bayu sempat dibuat bingung oleh putrinya yang ”meledek” bahwa definisi deputi dan wakil sama saja. Sebelum menjabat wakil menteri, pria kelahiran 45 tahun silam ini memang menjabat sebagai Deputi Menteri Koordinator Perekonomian, Bidang Pertanian dan Kelautan. Bayu punya jawabannya. ”Bedanya hanya dalam nuansa. Deputi Menko dimensinya makro, sehingga tidak masuk dalam teknis dan detail. Sedangkan wakil menteri, otomatis saya harus masuk ke dalam teknis detailnya,” papar Bayu. Kecintaan yang besar terhadap pertanian membuatnya tak jenuh mengajar di almamater tercinta, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 1988. “Kita harus memperkuat SDM. Jangan sampai para sarjana pertanian bekerja di sektor yang jauh dari pertanian itu sendiri,” ujarnya singkat.
- Ketahanan pangan. Bukan serta-merta dengan menghentikan impor. Yang paling penting adalah kemandirian dan tidak tergantung kepada negara lain dalam mengambil keputusan, termasuk soal impor atau tidak impor.
- Swasembada. Ada lima bahan yang masuk ke dalam kategori swasembada, antara lain beras, jagung, kedelai, gula, dan daging sapi. Kita sudah berhasil melakukan swasembada beras dan jagung. Yang masih membutuhkan kerja keras adalah daging sapi, kedelai, dan gula. Namun kalau semua daerah berpikir untuk berswasembada, bisa bubar republik ini! Saudara-saudara kita di NTT memiliki kendala di sumber daya alam, karenanya mereka bergantung pada bahan pangan dari Jawa Timur. Perdagangan antarpulau di Indonesia justru merekatkan masyarakat.
- Ekspor beras. Kita boleh bangga karena sekarang kita sudah mulai ekspor beras. Jumlahnya memang belum banyak, baru beberapa ratus ton. Tapi ini sebuah kemajuan. Kita bahkan juga ekspor ke Amerika. Mereka cenderung mengimpor jenis beras yang tidak mereka miliki.
- Kebijakan tarif ekspor. Pemerintah bisa saja membebankan tarif impor. Tapi harus cermat, jangan sampai kasus tarif jeruk Kino terulang. Dulu, demi melindungi jeruk lokal, jeruk Kino yang masuk ke Indonesia kita berikan tarif. Akibatnya apa? Pakistan “membalas” dengan memberikan tarif ekspor CPO (Crude Palm Oil) kita. Jeruk Kino nilai impornya kecil, bandingkan dengan ekspor CPO kita yang hingga 1 juta ton!
- Branding dan marketing. Air susu ibu (ASI) is the best product with bad marketing. Masih banyak ibu-ibu yang merasa cukup memberikan asupan susu kaleng pada anaknya. Sama halnya dengan produk lokal yang kalah karena faktor marketing dan branding. Tak heran jika pepaya dan jambu Bangkok begitu terkenal, padahal 95% didatangkan dari Indonesia. Itu karena pencitraan “Bangkok” sudah melekat kuat.
- Pembatasan produk luar. Pemerintah tidak bisa membatasi produk luar yang masuk, karena biasanya restoran atau supermarket ditopang oleh investor luar atupun dalam negeri. Ketika mereka tahu ada peraturan semacam itu, mereka bisa saja mundur.
- Investasi pertanian. Masih sangat minim, termasuk di antaranya infrastruktur dan sistem irigasi. Sekian ribu hektar beralih fungsi dan banyak saluran irigasi yang dulu dibangun telah hilang. Kedua, kita juga harus melakukan reinvestasi di bidang riset dan sumber daya manusia.
- Pencegahan kelaparan. Tanggung jawab moral terbesar terletak di masyarakat sekitar. Sunah Rasul menyatakan, berdosa kita jika tidur dalam keadaan kenyang namun ada tetangga yang kelaparan. Namun pemerintah memang seharusnya membangun sebuah sistem yang mampu memastikan rakyatnya kenyang.
- Target pencapaian Millennium Development Goals (MDGs). Belum secepat yang diinginkan, tapi sudah ada kemajuan. Sepanjang periode 2008-2009 angka kemiskinan berkurang sebanyak 4 juta. Meskipun 3 juta kemiskinan baru muncul akibat banyak faktor, salah satunya bencana alam.
Foto: Hary Subastian
Publikasi: Esquire Indonesia edisi Januari 2010
Catatan Penulis:
Artikel ini merupakan bagian dari Artikel Tema berjudul “Janji & Visi Wakil Menteri”. Selain Bayu Krisnamurthi, ada empat profil wakil menteri lain , diantaranya Bambang Susantono (Wamen Perhubungan), Hermanto Dardak (Wamen Pekerjaan Umum), Alex SW Retraubun (Wamen Perindustrian), dan Mahendra Siregar (Wamen Perdagangan). Kelima wakil menteri ini resmi dilantik pada 11 November 2009 oleh Presiden berdasarkan Keppres No.111/M/2009.
Leave a Reply