Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Sesederhana ponsel kita dulu
Hanya pesan dan suara
yang saling bertukar lewat udara
Bukan tweet ataupun retweet
Aku ingin mencintaimu dengan rahasia
Serahasia obrolan tengah malam waktu itu
Cuma berdua
Tanpa tersebar di timeline teman dan pengikut
Aku ingin mencintaimu sepenuhnya
Seperti rasa yang gagal disampaikan abjad
kepada tombol “enter” dan “cancel”
Atau rona wajah yang urung muncul
di layar ponsel
Aku ingin mencintaimu biasa saja
Sebiasa semburat jingga di kala senja
Sembari tukar cerita,
lengkap dengan kita yang bertatap muka
Aku ingin mencintaimu
seperti aku yang mencintaimu dulu
Menggebu-gebu
Tanpa malu
apalagi ragu
.
..
*) Puisi ini merupakan improvisasi dari puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono. Sebuah respon usil atas hubungan dua insan pada zaman sekarang yang turut berubah seiring dengan meningkatnya penggunaan media sosial Twitter sebagai sarana berkomunikasi. Perlahan tapi pasti, teknologi dapat membunuh romansa. Karena jangan-jangan, saat duduk berhadapan atau bersebelahan, kita justru lebih sering menatap layar ponsel ketimbang wajah pasangan sendiri.
Gambar dari sini.
Dasar Sara! Hahaha..
xixixixixiiii
Sebanyak apapun huruf “m” pada “mmuah” atau ikon :* nggak akan pernah bisa menggantikan kehangatan kecupan langsung, ya toh?! 😀
ahhhh sara bener banget c…
Mmmmmmmmmmmmmmmuuuuaaaahhhhhhhh… (maksudnya ini DP dulu gitu)
teknologi membunuh romansa?
ehhh kadang romansa hadir krn teknologi
walo lbh nikmat romansa orisinil tanpa teknologi
#eaaaa 😛
kreatif banget. 😀
salam kenal, saya blogwalking.
*dilempar sepatu apa itu yang kemaren akhirnya beli?!*
Big feeling you, yes? *lempar pake sepatu newrock-nya Otong KOIL*
keren sar. tapi kalau hubungan jarak jauh, mau gimana lagi sar. hiks hiks hiks.
Kalau itu alasannya, bisa dimaklumi. Kasihan perantau. Hahaha..
#ketampar . Keren Saraaaa 😀
Udah liat dua link lainnya tentang social media? :p
– [Video] Puisi “Ibu & Facebook” – Serafina http://bit.ly/gMGrvW
– [Kolom] Mama Tweets – E.S Ito http://bit.ly/gi4HBg